Oleh :
Ace Sudrajat, SKp., MKes.
1. Gagal Ginjal :
Kegagalan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan internal tubuh.
2. Gagal Ginjal Kronik :
Penurunan faal ginjal yang menahun sehingga kehilangan fungsi yang terjadi beberapa bulan atau tahun.
B. ANGKA KEJADIAN (INSIDEN)
Secara pasti tidak diketahui
Di Indonesia 0,25% dari penyakit (Sidabutar)
Di Amerika 90.000 orang menerima pelayanan dialysis
C. FAKTOR RESIKO TERJADINYA GGK
1. Glumerulonefritis kronik/pielonefritis
2. Diabetes melitus
3. Keracunan analgesik
4. Intake obat yang kronik dengan potensial efek samping nefrotoksik
5. Penyakit autoimmune
6. Gangguan genetik (penyakit polikistik ginjal)
7. Obstruksi urin yang lama
8. Kambuhnya obstruksi urin oleh batu
9. Prosedur pembedahan yang membutuhkan manipulasi ginjal
D. PENYEBAB TERJADINYA GAGAL GINJAL KRONIK (Donna)
1. Morfologi
a. Penyakit glomerulus : glomerulonefritis, intercapillary glumerulosklerosis
b. Penyakit tubulus : klasemia kronik, kekurangan potasium kronik, keracunan logam berat.
c. Penyakit vaskuler ginjal
d. Penyakit ischemik ginjal, stenosis arteri ginjal bilateral, nefrosklerosis, hyperparathyroidism.
e. Penyakit traktus urinarius : obstruksi nefropathy
f. Anomali kongenital : hipoplastik ginjal, penyakit kistik medula, penyakit polikistik ginjal
2. Etiologi
a. Infeksi : pyelonefritis, tuberkulosis
b. Penyakit vaskuler sistemik : hipertensi renovaskuler intra renal, hipertensi renovaskuler ekstrarenal.
c. Penyakit metabolik ginjal : amyloidosis, gout, diabetik nefrophaty.
d. Penyakit jaringan sendi : sklerosis progresif sistemik, lupus erythematosus sistemik, polyartheritis.
3. Etiologi ggk (soeparman)
a. Diabetes melitus
b. Obstruksi arteri ginjal, stenosis, trombosis
c. Gangguan auto imun
d. Gangguan metabolik ( asidosis tubulus ginjal, gangguan kalsium posfat, gangguan asam urat
e. Obstruksi urin kronik ( pembesaran prostat, kontraktur/hipertropy leher bledder, “vesicosphincter dyssynergia”
f. Daya tampung bledder terbatas
g. Penyakit polikistik ginjal
E. PATHOFISIOLOGI :
1. Fase pertama :
Terjadi penurunan fungsi renal, tanpa disertai dengan adanya penumpukan sampah metabolisme.
Ginjal yang sehat akan mengadakan kompensasi.
2. Fase kedua :
Sampah metabolik mulai tertimbun dalam darah karena nefron tidak dapat mengkompensasi (BUN, creatinin, asam urat, phosfor, . Tahap insufisiensi tergantung dari GFR : 40%-80% ringan, 15%-40% sedang, 2% - 20% berat ( Briker & Kirschenbaum, 1984).
3. Penyakit renal terminal
Dikeluarkanya sejumlah sampah metabolisme dari darah (BUN, creatinin dst. Ginjal tidak dapat mempertahankan homeostasis (gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit). Tindakan dengan dialisis.
F. GEJALA KLINIK
1. Sistem gastrointestinal
a. Anoreksi, nausea, dan muntah-muntah, --> gangguan metabolisme protein dalam usus, terbentuknya toksisk dari metabolisme bakteri usus ( amonia, metil guanidin), sembabnya mukosa usus.
b. Uremik --> ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri menjadi amoniak. Somatitis dan parotitis.
c. Cegukan --> belum diketahui
d. Gastritis erosif --> ulkus peptik dan kolitis uremik.
2. Sistem kulit
a. Pucat --> anemia. Kuning --> penimbunan urokrom.
b. Gatal-gatal --> toksin uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori.
c. Ekimosis --> gangguan hematologi
d. Urea frost --> kristalisasi urea yang ada
e. Bekas-bekas garukan karena gatal.
3. Sistem hematologi
a. Anemia normokrom, normosister
Penyebabnya :
a) Berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga terjadi penurunan eritropoesis pada sumsum tulang.
b) Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremik.
c) Defesiensi besi, asam folat, akibat nafsu makan yang berkurang.
d) Perdarahan pada saluran pencernaan dan kulit.
e) Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroid sekunder.
b. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenis
1) Masa perdarahan memanjang.
2) Perdarahan --> agregrasi dan adhesi trombosit, penurunan faktor III dan ADP.
c. Gangguan fungsi leukosit
1) Hipersegmentasi leukosit
2) Fagositosis dan hemotaksis berkurang
3) Fungsi leukosit menurun.
4. Sistem syaraf dan otot
a. Restless leg syndrome: pegal pada tungkai bawah dan selalu menggerak-gerakan kakinya.
b. Burning feet syndrome : Rasa kesemutan dan rasa terbakar terutama pada telapak kaki.
c. Encefalopati metabolik :
1) Lemah, tak bisa tidur, gangguan konsentrasi.
2) Tremor, asteriksis, mioklonus.
3) Kejang-kejang.
e. Miopati : Kelemahan dan hipotropi otot-otot proximal.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Hipertensi --> peningkatan aktivitas resnin-angiotensin-aldosteron ...> penimbuban cairan dan garam.
b. Nyeri dada dan sesak nafas -->akibat perikarditis, efusi perikarditis, jantung kongestif.
c. Gangguan irama jantung --> akibat arterosklerosis dini, gangguan elektrolit, kalsifikasi metastatik.
d. Edema --> akibat penimbunan cairan.
6. Sistem endokrin
a. Gangguan seksual : libido, fertilitas, ereksi menurun akibat testoteron dan spermatogenesis.
b. Pada wanita : gangguan mentruasi, gangguan ovulasi sampai amenore.
c. Gangguan toleransi glukosa
d. Gangguan metabolik lemak
e. Gangguan metabolik vitamin D.
7. Gangguan sistem lain
a. Tulang : osteodistropi renal --> osteomalasis, osteitis fibrosa, osteosklerosis dan kalsifikasi metastatik.
b. Asam basa : asidosis metabolik --> penimbunan asam organik ( hasil matabolisme )
c. Elektrolit : hipokalsemia, hiperfosfatemia, hiperkalemia
G. TINGKATAN GAGAL GINJAL KRONIK BERDASAR (TKK)
1. Insufisiensi ginjal berkurang : 100-76ml/menit
2. Insufisiensi ginjal kronik : 75 - 26 ml/menit.
3. Gagal ginjal kronik : 25- 0 ml/menit
4. Gagal ginjal terminal : <>
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA GAGAL GINJAL KRONIK
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal
2. Foto polos abdomen
Menilai bentuk dan besar ginjal sera adakah batu/obstruksi lain. Disertai tomogram memberi keterangan lebih baik.
3. Pielografi Intra Vena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter
--> beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia lanjut, DM dan nefropati asam urat.
4. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenhim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kepadatan parenhim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
5. Renogram
Menilai fungsi gnjal kiri dan kanan, lokasi gangguan (vaskuler, parenhim, ekkresi) serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung
Mencari kardiomegali, efusi perikarditis
7. Pemeriksaan radiologi tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falanks/jari) kalsifikasi metastatik.
8. Pemeriksaan radiologi paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
9. Pemeriksaan pielografi retrograd
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible
10. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia gangguan elektrolit (hiperkalemia)
11. Biopsi ginjal
Dilakukan bila ada keraguan diagnostik GGK atau perlu diketahui etiologinya.
12. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan lab : untuk menetapkan adanya GGK, menentukan ada/tidaknya kegawatan, menentukan derahat GGK, menetapkan gangguan sistem, membantu menetapkan etiologi.
---> yang di tes adalah laju filtrasi glomerulus.
Rumus : TKK (laki) =(140-umur) X berat badan (kg)
72 X kreatinin serum
Wanita = 0.85 x TKK (laki-laki)
Pemeriksaan lab yang dapat menujang kemungkinan GGK :
a. Laju endap darah meninggi -->anemia/hipoalbuminemia
b. Anemia normositer normokrom.
c. Ureum dan kreatinin meninggi
d. Hiponatremia karena kelebihan cairan
e. Hiperkalemia --> pada gagal ginjal lanjut
f. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia --> sintesis 1,24 (OH)2 vit, D3 kurang.
g. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
h. Peninggian gula darah --> gangguan metabolik
i. Hipertrigleserida --> gangguan metabolisme lemak
j. Asidosis metabolik
I. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPERBURUK GGK DAPAT DIDETEKSI DAN DAPAT DIPERBAIKI
1. infeksi traktus urinarius
2. obstruksi traktus urinarius
3. hipertensi
4. gangguan perfusi/aliran darah ginjal
5. pemakaian obat-obat nefrotoksik
J. PENATALAKSANAAN
Sindrom uremik dapat disebabkan oleh penumpukan zat-zat yang tidak berhasil dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang menurun faalnya.
Berbagai toksin uremik :
Yang pasti | | Yang tidak pasti |
Air Natrium Kalium Ion hidrogen Fosfat anorganik Ureum Hormon paratiroid Renin Beta-2 mikroglobulin Kreatinin Metilguanidin | Asam guanido suksinik Guanidin lain Asam amino Amin Fenol Indol Asam oksi aromatik Pseudoridin Asam urat Asam oksalat Magnesium. | Arsen Mioinositol Midle molekul Glukagon Hormon Pertumbuhan Prolaktin Opioid gastrin Polipeptid pankreas Inhihitor peptida gaster. Hormon natriuretik Mukopolisakarid asam |
Pengobatan konservatif :
Penatalaksanaan konservatif dapat bermanfaat bila faal ginjal masih pada tahap insufisiensi dan gagal ginjal kronik dengan nilai faal 10 - 50% atau nilai kreatinin 2 - 10mg%.
1. Dehidrasi
Dehidrasi dan gangguan elektrolit dapat menyebabkan gagal ginjal prerenal. Tindakan pengobatan yang harus dilakukan adalah pengobatan etiologinya dan penggantian cairan/elektrolit. Pemberian cairan hingga diuresis mencapai 40 ml/jam atau diberikan dulu sebanyak 3000 ml.
2. Infeksi saluran kemih :
Infeksi saluran kemih yang disertai kelainan urologik akan memperburuk faal ginjal (batu, striktur atau gangguan faal ginjal).
Penatalaksanaan ditujukan pada kelainan urologik dan pemberian antibiotik terpilih. Produksi kreatinin harus diperhatikan saat pemberian antibiotik agar efek nefrotoksik segera diketahui.
3. Uropati obstruktif :
Penyumbatan saluran kemih antara lain dapat disebabkan oleh papil ginjal yang nekrotik ( DM, nefropati analgesik, hipertropi prostat batu dan kateter yang menetap. Terapi ditujukan terhadap penyebabnya.
4. Curah jantung yang rendah
Laju filtrasi glomerulus menurun pada gagal ginjal jantung sehingga faal ginjal akan menurun pula.
Tindakan yang harus dilakukan adalah pemberian diuretik yang kuat, pemberian obat digitalis.
5. Hipertensi yang tidak terkendali :
Pemberian obat antihipertensi harus dipertimbangkan manfaat nya yaitu tidak memperburuk faal ginjal akibat dari kurangnya perfusi. Obat yang cocok adalah furosemid.
6. Katabolisme ;
Katabolisme dapat meningkat sebagai akibat dari intake makanan yang kurang, sedangkan kebutuhan makanan tetap bahkan meningkat.
7. Akibat obat.
Intoksikasi dapat menyebabkan muntah-muntah. Pemberian indometasin dan aspirin dapat menghambat siklooksigenase.
8. Nefrotoksisitas kontras
Pencegahannya dengan pemberian hidrasi yang adekuat sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi dengan kontras.
9. Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat timbul akibat mieloma multiple, hiper paratiroidisme, intoksikasi vit. D dan pemberian garam kalsium untuk pengobatan asidosis.
Pengobatannya : pemberian cairan yang cukup (5-10 lt) tetapi harus disertai furosemid dosis tinggi. Steroid untuk intoksikasi vit D. Hiperkalsemia akibat hiperabsorpsi maka harus ada pembatasan intake dari makanan.
Masalah-masalah khusus pada GGK :
1. Cairan dan natrium :
Dehidrasi dan kekurangan garam : beri hidrasi 3 lt air sehingga urin yang terbentuk 2 - 2,5 lt.
Natrium perlu dibatasi karena natrium dapat dipertahankan dalam tubuh.
2. Kalium :
Keadaan yang dapat meningkatkan hiperkalsemia adalah oliguria, keadaan katabolik, obat-obat yang mengandung kalium, spironolakton, kekurangan natrium dan hiperkalemia spontan (DM)
Tindakan : pembatasan kalium dari makanan, pemberian polisterin sulfonat dan sorbitol, furosemid dosis tinggi (100 mg- 500 mg). Dialisis (lebih definitif)
3. Diet rendah protein dan nutrisi :
Pembatasan protein karena akan menimbulkan gejala uremik dari pemecahan protein. Kalori 35kal/kg BB, dikurangi bila terdapat DM.
Diet rendah protein diberikan secara bertahap mulai dengan 60 g protein/hari. Bila faal ginjal makin menurun dan tetap maka protein diturunkan menjadi 40 g (LFG <>
Contoh : diet 20 gr protein :
Indikasi : gejala uremik menetap dengan diet 40 gr
protrin dan LFG <>
darah 250 mg/dl)
Protein : 20 gr (daging, telur, ikan keju, susu)
Kalori : 35 kal/kg BB, 50% hidrat arang, 50% lemak.
Asam amino essential : 15-20 tablet amines
Vitamin : vitamin yang larut dalam air (asam folat, piridoksin.
Meneral : kalsium glukonas 1 - 2 gr/hr
ferosulfat 3 x 300 mg (anemia).
4. Anemia
Tranfusi darah (bila sangat perlu) : payah jantung, insufisiensi koroner.
5. Asidosis metabolik :
Diet rendah protein mengurangi produksi asam. Bila ada gejala asidosis maka harus diberikan bikarbonat. Kelebihan cairan beri furosemid dan diet rendah natrium.
6. Kalsium dan fosfor
Hipokalsemia : beri 1,25 dihidroksikalsiferol 0,25-05 mikrogram.
7. Hiperlipidemia
Diet rendah lemak.
8. Hiperurimesia :
Beri alopurinol (100 - 300 mg) apabila kadar asam urat > 10 mg/dl atau terdapat riwayat penyakit Gout.
K. PENGKAJIAN
1. RIWAYAT DEMOGRAFI
Usia, jenis kelamin
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Informasi masalah penyakit yang disarakan sekarang mencakup keluhan utama dan keluhan tembahan.
Keluhan utama dapat berupa adanya edem --> overlod cardiovaskuler dan retensi cairan akibat adanya disfungsi cairan.
Keluhan tambahan :
GI ( nausea, muntah-muntah, anoreksia, diare, konstipasi.
Perdarahan, tingkat kekuatan dan injuri : weakness, nafas pendek, perdarahan ( penurunan erytrosit, trombositopenia).
Eliminasi urin : kesukaran untuk memulai bak, mengontrol urin
Obat-obat yang dikonsumsi : periksa dokumentasi keperawatan atau medik dan tanyakan obat-obat yang sering dimakan oleh klien. Analisis apakah obat tersebut dapat menyebabkan nefrotoksis/kerusakan ginjal.
3. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
Informasi riwayat penyakit masa lalu yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal : infeksi tenggorokan atau influensa, glumerulonefritis, riwayat pembesaran prostat, penyakit kronis (hipertensi, DM, systemik erythematosus, kanker, TBC) dll.
4. RIWAYAT KELUARGA
Apakah keluarga ada yang mengalami kelainan ginjal. Mungkin diindikasikan adanya kelainan kongenital.
5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Kaji pengetahuan tentang diagnosa penyakit dan pengobatannya (diet, obat-obat, dialisis)
Kaji tanda-tanda anxietas dan mekanisme koping klien dan anggota keluarga .
Aspeks psikososial yang mengalami perubahan : aktivitas sosial, pola kerja, body image dan aktivitas sosial.
6. RIWAYAT KEBIASAAN SEHARI-HARI
Diit/nutrisi : konsumsi tinggi garam dan protein --> elektrolit imbalance peningkatan penumpukan sampah hasil metabolisme.
Peningkatan intake cairan pada gagal ginjal --> kardiak overload ( edema peripheral, edema paru dan CHF).
7. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kardiovaskuler : hipertensi, anemia, edema. CHF perikarditis, perdarahan adnormal, uremia.
2. Respirasi : kusmaul, nafas bau urin, nafas pendekk, edem paru
3. Neurologi : nyeri kepala, weakness, drowsiness, insomnis, otot lemas, konvulsi, coma, perhatian menurun, periperal neuropati
4. Gastrointestinal : anoreksia, muntah, nausea, constipasi, diare, perdarahan gastro intestinal.
5. Genitourinaria : perubahan buang air kecil, hematuria, perubahan warna urin, proteinuria.
6. Integument : Uremik frost, pucat kekuningan, kulit kering, pruritus, purpura dan echymosis.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :
a. Test untuk mengevaluasi sampah nitrogen : serum kreatinin, BUN.
b. Elektrolit : serum natrium, serum potasium, serum phospat, serum kalsium, serum magnesium, serum bikarbinas.
c. Test keseimbangan asam basa : pH darah arteri, bicarbonas arteri, PaCO2
d. Pemeriksaan darah yang lain : Hemoglobin, hematokrit.
e. Urinalisa : Berat jenis, pH, glukosa, protein, darah putih, bakteria, creatinin klearent.
2. Idem diatas
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Volume cairan berlebih berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Gangguan nutrisi : kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan pembatasan diet yang diperlukan dan penurunan sensasi rasa.
3. Anxietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur dan test diagnostiks dan kurang mengertinya proses penyakit.
4. Penurunan kardiak output berhubungan dengan tertahannya cairan, therafi obat, kehilangan darah.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ostheodisthrophy renal, peripheral neuropathy, paresis/paralysis, coma.
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan intake cairan dan penurunan diet serat.
7. Diare berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit, takut dan anxietas.
8. Gangguan membran mukosa oral berhubungan dengan perubahan kelenjar parotid, pembatasan intake cairan, peningkatan racun urium.
9. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan frost uremik, perubahan kelenjar minyak dan keringat.
10. Resiko injuri berhubungan dengan kram otot dan defesiensi kalsium.
M. PERENCANAAN/IMPLEMENTASI
1. Mempertahankan keseimbangan cairan
a. Monitor dan gejala hipovolemik karena ketidak adekuatan kapasitas ginjal.
| Defisit | Berlebih |
Volume Sodium Potasium Kalsium Bikarbonas Magne Sium | Penurunan berat badan akut > 5%, temperatur badan turun, membran mukosa dan kulit kering, hipotensi postural,lidah belah-belah, oliguria/anuria. Kram abdominal, konvulsi, oliguria dan anuria. Anorexia, abdominal distensi, kelamahan intestin, tegang dan kram. Kram abdomen, kejang. Nafas kusmaul, nafas pendeks, stuport, weaknes (metabolik asidosis) Kejang, disorientasi, hiperaktif tendon, tremor | Penambahan berat badan akut >5%, edema, hipertensi, distensi vena jugularis, dispnoe dan rochi basah positif Membran mukosa kering, kulit basah, oliguria, anuia, lidah kering dan kemerahan Diare, kolok intestin, iritabilitas, nausea, parasthesia, paralisis, aritmia dan arrest jantung. Anoreksia, nausea, muntah, nyeri dan distensi abdomen, kebingungan mental. Depresi respirasi, hipertonik otot, kejang. Hipotensi, lethargy, dysarthria, hypoaktif refleks tendon, depresi pernafasan. |
b. Monitor urin output dan berat jenis urin, ukur dan catat pengelurana pada urin, suction gaster, feces, luka drainage.
c. Monitor serum dan elektrolit urin.
d. Timbang berat badan klien setiap hari
e. Monitor intake cairan untuk mencegah terjadinya overload dan dehidrasi.
f. Ukur tekanan darah dengan berbagai variari (tiduran, duduk dan posisi berdiri.
g. Auskultasi bunyi paru,
h. Infeksi vena jugolaris dan adanya edema pada kelopak mata, ekstremitas, abdomen dan sacrum.
i. Evaluasi adanya tanda-tanda hiperkalemiadan menitor serum potasium.
j. Berikan natrium bicarbonas/klukosa dan insulin untuk memasukan potasium ke sel.
k. berikan tranfusi darah selama dialisis
l. Monitor asam basa darah.
2. Mempertahankan nutrisi adekuat
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian protein yang dibutuhkan sehubungan dengan gangguan fungsi ginjal karena metabolisme akan menghasilkan racun.
1). Protein harus yang mempunyai nilai biologik tinggi, yaitu yang mengandung asam amino (telur, daging)
2). Diet rendah protein dapat diberikan dengan pemberian asam amino essensial dan vitamin.
3). Jika fungsi renal dalam batas akhir, intake protein harus dibatasi secara proposional.
4). Protein dapat ditingkatkan jika klien dilakukan program dialisis karena pada saat dilakukan dialisis kemungkinan akan kehilangan asam amino.
b. Berikan tinggi karbohidrat dalam makanan untuk memperkuat penambahan kalori.
c. Timbang berat badan setiap hari
d. Monitor BUN, kreatinin, elektrolit, serum albumin, protein total, transferin.
e. Waspada terhadap makanan yang mengandung banyak natrium, kalium, posfat.
3. Mempertahankan integritas kulit :
a. Jaka kebersiha kulit dengan menghilangkan rasa gatal dan kering. ( sabun yang lembut, penambahan sodium bikarbonat pada saat mandi, menggunakan minyak mandi)
b. Lakukan pemberian minyak/krim pada kulit yang gatal atau kering.
c. Jaga kuku agar tetap pendek untuk mencegah ekskoriasi.
d. Jaga rambut bersih
e. Beri obat untuk menurunkan gatal.
4. Menjaga aktifitas yang aman
a. Monitor tingkat serum kalsium dan fosfat, dengan memonitor tandadan gejala dari hypo/hiperkalsium.
b. Inspeksi cara berjalan, ROM dan kekuatan otot.
c. Beri analgesiks sesuai program dan lakukan masage bila krams
d. Periksa dengan Ro” tulang bila ada fraktur, demineralisasi tulang dan adanya penumpukan tulang pada sendi.
e. Tingkatkan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
f. Beri obat seuai dengan program
- Aluminium hidroksi /aklsium karbonat bila serum phospat
rendah.
- Kalsium :
- Vit D : meningkatkan absorpsi dan penggunaan kalsium.
5. Meningkatkan kemampuan dalam tindakan pengobatan
a. Mempersiapkan klien dialisis atau trnsplantasi ginjal.
b. Meningkatkan harapan sesuai dengan realita
c. Kaji pengertian klien tentang tindakan yang harus dijalani dan rasa takutnya.
d. Jelaskan alternatif yang dapat menurunkan efek samping tindakan pengobatan :
- Buat dapat istirahat setalah dilakukan dialisis
- Sedikit-sedikit tapi sering makan makanan dari tepung (KH) untuk menurunkan nausea dan memfasilitasi mesuknya obat.
e. Dorong support system sosial dan mekanisme koping dari stress akibat GGK.
f. Kontrak dengan klien tentang periolaku yang harus dilakukan
g. Diskusikan dukungan psykotherafi terhadap depresi.
h. Tingkatkan kemampuan pengambilan keputusan klien.
N. EVALUASI
1. Tekanan darah stabil, tanpa disertai peningkatan BB.
2. Toleran terhadap makanan rendah protein, diet tinggi karbohidrat
3. Tidak adanya lecet dan dilaporkan tidak ada gatal-gatal
4. Aktifitas tanpa disertai jatuh
1 komentar:
Termakasih Informasinya
Saya juga mau berbagi informasi kesehatan juga, jika berkenan silahkan kunjungi website kami juga tentang Obat Gagal Ginjal
Posting Komentar