ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE
(GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT)
(GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT)
A) Definisi
1. Diare adalah buang .air besar (defikasi) -dengan tinja berbentuk -cairan atau setengah cairan,
sehingga kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal, yaitu 100 - 200 ml sekali
defikasi (Hendarwanto, 1999)
2. Diare adalah defikasi encer lebih dari 3 kali sehari tanpa/ dengan daerah/ sendiri didaJam tinja
(WHO, 1980)
3. Diare adalah keadaan frekuensi buang air bssar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada
anak dengan konsistensi faeces encer, dapat berwama hijau atau bercampur lendir dan darah
(Ngastiah, 1999)
B) Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare)
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia, aeromonas, dan
sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia lamblia, tricomonas
hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti:
OMA (Otitis Media Alat), tonsilitis, tonsilofaringitis, brankopneumoma, ensefalitis, dan
sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
- Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
- Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Molabsorbsi lemak
c. Molabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Lain-lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung:
- KKP (Kurang Kalori Protein)
- Kesehatan pribadi dan lingkungan
- Sosioekonomi
C) Manifistasi klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul diare.
Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan
empedu, Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering deflkasi dan tinja yang asam akibat laktosa
yang tidak diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai
tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi), selaput lendir
bibir dan mulut, serta kulit kering.
Bila berdasarkan terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut
jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran
menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan
tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pemafasan kusmaul).
D) Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul diare :
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
lumen usus naik sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam lumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbullah diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat-rangsangan-tertentu-(toksin)..pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam lumen usus dan selanjutnya
timbul diare karena kenaikan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare- Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula.
Sebagai akibat diare akan terjadi:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2. Gangguan gizi
Selama sakit sering terjadi gangguan gizi dengan akibat penurunan berat badan
dalam waktu yang singkat oleh karena:
- Makanan sering dihentikan oleh orangtua karena takut diare/muntah
bertambah hebat
- Orang tua hanya memberikan air teh saja
- Walaupun susu diteruskan sering diencerkan dalam waktu yang lama
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik
3. Hipoglikemia
- 2-3 % dari anak-anak diare
- Jarang terjadi pada anak dengan gizi baik namun sering terjadi pada
anak dengan KKP (Kurang Kalori Protein)
- Hipoglikemi terjadi karena penyimpanan / persediaan glikogen dalam
hati terganggu dan kadang disebabkan adanya gangguan absorpsi
glukosa
4. Gangguan sirkulasi darah
Akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa syok hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan berkurang dan dapat
menyebabkan hipoksi.
E) Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/ hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, takikardia,
perubahan EKG)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktosa
6. Kejang, pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik)
F). Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
a. Kehilangan BB
1. Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %
2. Dehidrasi ringan ; menurun BB 2 - 5%
3. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
4. Dehidrasi berat : menurun BB 10%
b. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama 30-60
detik) kemudian dilepaskarr, jika~kolit kembali dalam :
1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
c. Stok Meurice King
Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemokan
deperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma
apastik, ngantuk atau syok
Kekenyalan kuiit Normal Sedikitkering Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun be$ar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan manosis
Denyut nadi Kuat(120) Sedang(120-140) Lemah > 140
Skor:
0 - 2 : dehidrasi ringan
3 - 6 : dehidrasi sedang
7 - 12 : dehidrasi berat
G) Penatalaksanaan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi
Hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat
dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan
Cairan ringer laktat merupakan cairan pilihan dengan jumlah kalium yang rendah
bila dibandingkan dengan kalium tinja. Bila tidak ada RL dapat diberikan NaCl
isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul nabik 7,5% 50
ml pada setiap 1 It NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan
dapat diberikan cairan oralit yang dapat mencegah dehidrasi dengan segala
akibatnya.
6
Upaya Rehidrasi Oral (URO)
URO berdasarkan prinsip bahwa absorpsi natrium usus (dan juga elektrolit lain dan
air) dilakukan oleh absorpsi aktif molekul makanan tertentu seperti glukosa (yang
dihasilkan dari pemecahan sukrosa ) atau L asam amino (yang dihasilkan dari
pemecahan protein dan peptida). Bila diberikan cairan isotonik yang seimbang antara
glukosa dan garamnya, absorpsi ikatan glukosa-natrium akan terjadi dan ini akan
diikuti dengan absorpsi air dan elektrolit yang lain. Proses ini akan mengoreksi
kehilangan air dan elektrolit pada diare. Campuran garam dan glukosa ini sinamakan
Oral Rehydration Salt (ORS) atau di Indonesia dikenal sebagai cairan rehidrasi oral
(Oralit).
Komposisi cairan oralit yang dianjurkan WHO/UNICEF
Kandungan Jumlah
g/l
Ion Konsentrasi
mmol/l
Natrium klorida
Trinatrium sitrat, dihidrat
Kalium clorida
Glukosa (anhidrous)
3,5
2,9
1,5
20,0
Natirum
Sitrat
Kalium clorida
Glukosa
90
10*
80
111
* Natrium bikarbonat 2,5 g bikarbonat 30 mmol/L
Cairan Rumah Tangga (air tajin, larutan gula-garam, sup, dll)
Cairan ini diberikan sebagai pertolongan pertama namun selanjutnya harus segera
diberikan Oralit karena cairan rumah tangga tidak mengandung kalium.
Contoh takaran cairan rumah tangga (larutan gula-garam)
JUMLAH ORALIT YANG HARUS DIBERIKAN PADA PENDERITA DIARE :
DIARE TANPA DEHIDRASI
Berikan oralit dosis pemeliharaan seperti dibawah ini (untuk
mencegah dehidrasi), sampai diare berhenti.
Umur Jumlah Oralit yang diberikan tiap b.a.b
ml Geias
Dibawah 1 th 50-100 ml Vi gelas
1-4 tahun 100-200 ml 1 gelas
5-12 tahun 200-300 ml 1 1/2 gelas
Dewasa 300-400 ml 2 gelas
DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG
Berikan oralit seperti dibawah ini, untuk mengatasi dehidrasi :
1. a. Terapi rehidrasi : BB X 75ml, habiskan dalam 3 jam
b. Terapi rumatan : BB X 10ml, setiap anak b.a.b., berikan terus >
sampai diare berhenti
2. a. Terapi rehidrasi :
Umur Jumlah Oralit yang diberikan dalam 3 jam
ml gelas
Dibawah 1 tahun 300ml 1 1/2 gelas
1-4 tahun 600ml 3 gelas
5-12 tahun 1200 ml 6 gelas
Dewasa 2400 ml 12 gelas
b. Terapi rumatan = lihat tabel diatas. Pemberian oralit sebaiknya
menggunakan sendok.
Rehidrasi Intravena
PEMBERIAN CAIRAN PADA NEONATUS :
Macam cairan : NaCIO.18% - 1/4 IVFD : Glucosa 10%
Glucosa
NSD : Glucosa 5%
Bila ada acidosis .......... NaBic 2% .......... 8cc/kgBB/hari
Bila ada hypokalemia .......... KCI 15% .......... 1cc/kgBB/hari
oral KCI 3% .......... 2.5 cc/kgBB/hari.
DEHYDRASI BERAT : 2 jam pertama 5 tetes/kgBB/menit I.V.
(Bila masih shock, darah 10cc/kgBB dalam spurt)
22 jam berikutnya 3 tetes/kg/BB/mentt .... I.V
DEHYDRASl SEDANG : 3 tetes/kgBB/menit .......... I.V./NSD
merata dalam 24 jam.
DEHYDRASI RINGAN : 2 tetes/kgBB/menit .......... NSD
merata dalam 24 jam, atau
150cc/kgBB/hari .......... oral
PEMBERIAN CAIRAN PADA ANAK DENGAN DEHYDRASI BERAT
Zone dehydrasi berat:
Waktu diatas 3 bulan
Ca i r a n III
atau
RL + Glukosa 5% aa
30cc/kgBB/jam 30cc/kgBB/2 jam
10 ttts/kfBB/menft 5 tts/kgBB/menit
OBSERVASI KETAT Bila
masih shock
DARAH: 10cc/kgBB
(spurt)
Zone dehydrasi sedang:
Sesudah 1 2 jam
C a i r a n II
70cc/kgBB/7jam
3tts/kgBB/menit
Zone dehydrasi ringan:
I.V.: C a i r a n III
N.S.: Cai ran II
70cc/kgBB/6jam
3 tts/kgBB/menit
Sesudah
8jam C a i r a n II
boleh tetap I.V. atau
N.S./per oral
150 cc/kgBB/24 jam
2tts/kgBB/menit
Zone reconvalescent:
I.V. : Ca i r a n III
N.S. : Ca i r a n II
150cc/kgBB/24 jam
2tts/kgBB/menit
Mulai realimentasi per-oral
Bila tak mungkin, tetap I.V./N.S.
kurang dari 3 bulan
Keesokan hari
Cairan I
MACAM CAIRAN
Cairan I : Ringer lactate (R.L) Garam faali (P.Z.)
Cairan III: P.Z. + Glue. 10% = 1 ;4 + Bic(15meq/1)
+ KCI (1pmeq/1)
Cairan II : P.Z. + Glue 5% 1 : 4 +
Bic(30meq/1) +
KCI(20meq/1).
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan
Pada prinsipnya jumlah cairan penggant; yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan
Jumlah cairan yang keluar dari badan, dapat dihitung dengan rumus :
Mengatur BJ plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus :
BJ Plasma -1,025 x BB x 4 ml
0,001
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni :
Diare ringan
Kebutuhan cairan : 5% x kg BB
Diare sedang
Kebutuhan cairan : 8% x kg BB
Diare berat
Kebutuhan cairan : 10% x kg BB
Metode perbandingan BB dan Umur
BB Umur PWL NWL CWL Total
(kg) Kehilangan
<3
10-15 2 - 5 t h 100 80 25 205
15-25 5 -10th 80 25 25 130
Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kg BB): ci muntah
NWL : Normal Water Lose (ml/kg BB): ci deuresis, penguapan,
pemafasan CWL : Concomitant Water Lose (ml/kg BB) : ci diare dan muntah
terus menerus
2. Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap
dipertahankan, yang meliputi:
a. Susu (ASI/ PASI rendah laktosa)
b. Makanan setengah padat /lunak (nasi tim)
Bila anak berusia 4 bulan atau lebih dan sudah dapat makanan padat atau lunak
(MPASI), makanan ini harus diteruskan dan disesuaikan dengan umurnya
Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai diberi makanan lunak, bila belum pernah
diberi
Pemberian makanan mulai diberikan setelah dehidrasi teratasi
Paling tidak 50% dari energi diet harus berasal dari makanan
Pemberiannya dengan porsi kecil dan sering (6 kali/hari) dan anak dibujuk untuk
makan
3. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi teiah diidentifikasi)
H) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis, PH, kadar gula jika diduga ada tanda intoleransi
gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
terhadap berbagai antibiotik (pada diare peristen)
2. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, anolisis gas darah (GDA) & elektrolit (Na, K, Ca,
dan P serum yang diare disertai kejang)
3. Periksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengatasi faal ginjal
4. Duodenal intubation ; untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif tentang
pada diare kronik.
I) Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat.Kesehatan Sekarang
Pada. umumnya anak masuk RS dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik disertai atau
tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir atau tanpa dengan muntah, tidak dapat
bercampur lendir dari atau daiah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu
makan menurun, suhu badan naik, volume diuresis turun dan gejala pasien turun kesadaran.
2. Riwayat Kesehatan sebelumnya
Meliputi pengkajian prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang
pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh kembang, imunisasi, status gizi (lebih baik,
kurang, buruk), psikesosial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian kompesisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan
pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan keluarga, kultur dan kepercayaan perilaku
yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyembuhan pasien.
4. Pengkajian fisik
Pengkajian secara umum dengan metode head to too yang meliputi : keadaan umum status
kesadaran, tanda-tanda vita!, area, kepala, wajah, dada, abdoment, ekspemitas dan genita
urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda dehidrasi. Tandatanda
yang mungkin didapat meliputi penurunan BB, takikardi, nadi cepat dan lemah tensi
darah menurun, mata cekung, mukosa bibir, mulut kering, kulit kering dengan turgor
berkurang, frekuensi pernafasan meningkat, peristaltik usus meningkat dan luka lecet sekitar
anus.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam assessment terhadap anak dengan
Gangguan Cairan dan Elektrolit
DEHIDRASI
Isotonik (isosmotik, isonatremik) -
Kekurangan elektrolt dan air terjadi pada
prorsi yang kira-kira seimbang
Hiptonik (hiposmotik, hiponatremik)
kekurangan elektrolit melebihi
kekurangan air
Hipertonik (hiperosmotik, hipernatremik)
Kehilangan air melebihi kehilangan elektrolit
KELEBIHAN CAIRAN
Edema kelebihan cairan pada ruang interstisial
Intoksikasi air masukan cairan berlebihan
Pengkajian
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat,
khususnya mengenai masalah kesehatan
sekarang mis. Lama sakit, kejedian yang
mencetuskan gejala.
Lakukan pengkajian fisik
Obsrvasi manifestasi gangguan cairan dan
elektrolit (tabel 4-5).
Lakukan pengkajian khusus
Masukan dan keluaran Pengukuran
akurat terhadap masukan dan keluaran
cairan merupakan hal vital untuk
pengkajian dehidarsi. Hal ini meliputi
masukan oral dan parenteral dan
kehilangan cairan melalui urin, feses,
muntah, fistula, penghisapan nasogastrik,
keringat dan drainase luka.
Berat badan Ukur sacara teratur dan pada
waktu yang sama, biasanya setiap pagi,
untuk mendeteksi penurunan dan
peningkatan berat badan
Urin - Kaji frekuensi, volume, dan warna
urin.
Feses Kaji frekuensi, volume, dan
konsistensi feses
Muntah - Kaji frekuensi, volume, dan tipe
muntahan
Keringat hanya dapat diperkirakan dari
frekuensi penggantian pakaian dan linen
Tanda-tanda vital Suhu (normal,
meningkat, atau menurun bergantung
pada derajat dehidrasi), nadi, dan
tekanan darah
Kulit kaji warna, suhu, rasa, turgor, dan
ada atau tidaknya ederma
Membran mukosa Kaji kelembaban,
warna, dan adanya sekresi serta
konsistensinya, kondisi lidah
Fontanel (bayi) tenggelam, lunak, normal
Perubahan sensori ada rasa haus
Bantu dengan prosedur diagnostic dan tes
Urinalisis, kimia darah, hitung darah lengkap
(HDL), gas darah
15
SIGNIFIKANSI OBSERVASI KLINIK BERHUBUNGAN DENGAN
EFEK CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Observasi Variasi signifikan Kemungkinan
ketidakseimbangan
Keterangan
Suhu Meningkat Deplesi air dini
Kelebihan natrium
Peningkatan suhu akan
meningkatkan laju
kehilangan air
Menurun Kurang volume cairan Disebabkan oleh penurunan
keluaran energi
Syok adalah akibat dari
kekurangan cairan yang
parah
Nadi Cepat, lemah, halus,
mudah hilang
Kolaps sirkulasi dapat
diakibatkan oleh deficit
cairan, hemoragi,
perpindahan plasma ke
cairan interstisial
Frekuensi nadi harus meliputi
pengkajian volume dan
kualitas serta
frekuensinya
Menonjol, mudah
hilang
Ancaman kolaps sirkulasi Nadi mungkin
dipengengaruhi oleh
aktifitas atau emosi
Menonjol, tidak
mudah hilang
Kekurangan natrium
Kelebihan volume cairan
Lemah, tidak teratur,
cepat
Perpindahan cairan interstisial
ke plasma
Lemah, tidak teratur,
lambat
Kekurangan kalium yang parah
Meningkat Kelebihan natrium
Kekurangan magnesium
Menurun Kelebihan magnesium
Pernapasan Lambat, dangkal
Cepat, dalam
Dispnea
Krekels basah
Dankal
Stridor
Alkalosis repiraratori
Asidosis metabolik
Kelebihan volume cairan baik
umum atau pulmonal
Kelebihan volume cairan
Edema pulmonal
Kelebihan atau kekurangan
kalium
Kekurangan kalsium yang parah
Pernapasan cepat
meningkatkan kehilangan
air
Bukan tanda yang dapat
dipercaya tentang
alkalosis respiratori pada
bayi
16
Observasi Variasi signifikan Kemungkinan
ketidakseimbangan
Keterangan
Tekanan
darah
Meningkat
Menurun
Kelebihan volume cairan
Kekurangan natrium
Penurunan volume vascular
(kehilangan Karen
perpindahan plasma ke
cairan interstisal)
Kelebihan atau kekurangan
kalium yang parah
Tekanan darah bukanlah
tanda yang dapat
dipercaya untu anak-anak
kecil
Elastisitas pembuluh darah
dapat membuat tekanan
darah stabil
Kulit warna Pucat Kekurangan protein
Kekurangan cairan
Perpindahan kompartemen
cairan
Suhu Kemerahan
Ekstrimitas dingin
dan mottled
Kelebihan natrium
Kekurangan cairan yang perah,
bahkan disertai demam
Severe sodium depletion
Disebabkan oleh penurunan
aliran darah perifer
Rasa Kering
Lembab, dingin
Pengisian kapiler
buruk
Deplesi cairan
Kelebihan natrium
Kekurangan natrium
Perpindahan cairan dari Plasma
ke interstisial
Dehidrasi Hipotonik
Kekurangan volume cairan
Elastisitas
(turgor)
Buruk sampai
sangat buruk
Deplesi cairan Mencubit kulit abdomen atau
paha bagian dalam
diangkat dan tetap
diangkat selama beberapa
detik
Edema Ringan sampai
berat
Kelebihan volume cairan
Perpindahan cairan dari plasm
ke interstisial
Bayi yang obesitas dapat
tampak normal
Membran
mukosa
Kering
Kerutan
longitudinal
pada lidah
Lengket; lidah
kasar, merah,
kering
Deplesi volume cairan
Kelebihan natrium
Dehidrasi hipertonik
Observasi Variasi signifikan Kemungkinan
ketidakseimbangan
Keterangan
Salivasi dan
air mata
Tidak ada Kekurangan volume cairan
Fontanel Cekung
Menonjol
Kekurangan volume cairan
Kelebihan volume cairan
Bola mata Cekung
Lunak
Kekurangan volume cairan
Perubahan
sensori
Kesemutan Pada jarijari
tangan dan
kaki
Kekurangan kalsium
Alkalosis
Perubahan sensori tidak
dapat dipercaya pada
bayi dan anak-anak yang
tidak dapat
mengkomunikasikan
gejala
Kram abdomen Kekurangan natrium
Kelebihan kalium
Kram otot Kekurangan kalsium
Kekurangan kalium
Kepala seperti
melayang
Alkalosis respiratory
Kelebihan kalsium
Kelebihan kalium
Mual Kelebihan kalsium
Kelebihan kalium
Haus Kekurangan cairan
Kelebihan natrium
Kelebihan kalsium
Mungkin sulit dikaji pada
bayi
Dapat tersmar dengan mual
Semua kondisi yang
mengurangi volume
intravascular akan
menstimulasi reseptor
haus
Tandatanda
neurolgis
Hipotonia Kekurangan kalium
Kelebihan kalsium
Paralis flaksid Kekuranagan kalium yang
parah
Kelebihan kalium yang parah
Observasi Variasi signifikan Kemungkinan
ketidakseimbangan
Keterangan
Kelemahan Asidosis metabolic
Hipertonia
Tanda Chvostek
positif
Tremor, kram,
tetani
Kedutan
Kekurangan kalsium
Alkalosis dengan
berkurangnya ionisasi
kalsium
Kekurangan kalsium
Kekurangan magnesium
Anak-anak dapat mengalami
kekurangan kalsium
dengan mudah, karena
pertumbuhan tulangtulangnya
tidak siap
melepaskan kalsium ke
dalam sirkulasi
Perilaku Letari
Iritabilitas
Kondisi koma
Letari dengan
hiperiritabilitas
pada rangsangan
kegelisahan yang
ekstrim
Kekurangan volume cairan
yang parah
Kekurangan volume cairan
Kekurangan cairan
Asidosis atau alkalosis parah
Kekurangan cairan hipertonik
Kelebihan kalium
Perubahan perilaku
merupakan indikasi
pertama dari dehidrasi
yang dilaporkan oleh
orang tua
Berat badan Menurun
Sampai 5% (50ml/kg)
5% sampai 9%
(75ml/kg)
10% atau lebih
(100ml/kg)
Kekurangan cairan
Ringan
Sedang
Berat
Meningkat Defisiensi Protei atau kalori
Edema-umum atau pulimonar
Asites
Periksa adanya
hepatomegali, anak-anak
menyimpan kelebihan
cairannya di dalam hati
Urin
Volume
Meningkat
Menurun
Oliguria
Perpindahan cairan interstisial
ke plasma
Peningkatan beban larutan
ginjal
Kekurangan cairan ringan
Kekurang cairan sedang
sampai parah
Plasma-to-interstisial fluid
shift
Kekurangan natrium
Kelebihan kalium
Rentang normal
Bayi: 2-3 ml/kg/jam
Toddler/prasekolah: 2
ml/kg/jam
Anak usia sekolah: 1-2
ml/kg/jam
Remaja: 0,5-1 ml/kg/jam
(bervariasi dengan
masukan dan faktor lain)
Kelebihan natrium yang parah
Insufiensi ginjal
Berat jenis Rendah ( 1,010) Hidarasi adekuat
Kelebihan cairan
Penyakit ginjal
Kekurangan natrium
Tinggi ( 1,030) Kekurangan cairan
Kelebihan natrium
Glikosuria
Proteinura
Digunakan untuk memantau
status hidarsi pada bayi
Pembacaan rendah yang
menetap terjadi pada
penyakit ginjal
pH Asam Asiddosis-metabolik atau
respiratorik
Alkalosis disertai kekurangan
kalium yang parah
Kekurangan cairan
Basa Alkalosisi-metabolik atau
respiratorik
Hiperaldosteronisme
Asidosis disertai infeksi ginjal
kronis dan disfungsi
tubular ginjal kronis
Terapi diuretic dengan
inhibitor anhidrasi
karbonik
Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan kelebihan melalui faeces dan . muntah serta intake
terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbs!
nutrien dan peningkatan peristaltik usus.ii
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perektal
4. Resiko gg integiritas kulit b/d seringnya buang air besar
5. Kecemasan anak/ orang tua b/d perubahan status, kesehatan anaknya
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang dialami anak b/d kurangnya inform asi
Nursing Care Plan (Rencana Asuhan Keperawatan)
SASARAN PASIEN 1: Volume cairan pasien normal
INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL
Berikan cairan sesuai intruksi
Intervena
*Berikan sesuai ketentuan.
Pertahankan laju tetesan sesuai yang diinginkan.
*Tambahkan elektrolit yang tepat dan sesuai.
Pertahankan integritas daerah infusan.
Oral
*Beri larutan rehidrasi per oral sesuai ketentuan
HASIL YANG DIHARAPKAN
Berikan anak cairan untuk mengganti cairan yang hilang. Adanya tanda-tanda hidrasi yang adekuat
(uraikan).
SASARAN PASIEN 2: pasien memetuhi program terapeutik.
INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL
Terapkan metode restrein yang tepat bila diindikasikan untuk mempertahankan infuse intravena.
Berikan empeng untuk bayi yang puasa untuk memberikan penghisapan nonnutrisi.
HASIL YANG DIHARAPKAN
Anak tidak terganggu dengan terapi cairan.
Bayi melakukan penghisapan nonnutrisi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN: Kurang volume cairan yang berhubungan dengan gagalnya
mekanisme regulasi, seperti ginjal, hipotalamus
DIAGNOSA KEPERAWATAN: Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif dari
ginjal, gastrointestinal (muntah, diare, selang nasugastrik), atau saluran pernapasan (hiperventilasi);
dari kulit (diaforesis, luka)
SASARAN PASIEN 1: Menunjukan hidrasi adekuat
INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL
Lihat intervensi sebelumnya.
Berikan mainan untuk meningkatkan masukan cairan.
Buat as pop dengan jus yang disukai anak.
Potong agar-agar kesalam bentuk yang lucu.
Buat permainan dengan menyerap air ketika membuka buku atau permainan seperti:simonsays:.
Gunakan cangkir obat kecil, gambari cangkir itu.
Warnai air dengan pewarna makanan atau kool-aid.
Buat pesta teh: tuangkan kecangkir dimeja kecil.
Biarkan anak mengisi spuit dan menyemprotkannya kemulut atao mengisi cangkir bergambar.
Potong sedotan dan tempatkan pada wadah kecil (lebih mudah bagi anak untuk menghisap
cairan).
Gambari sedotan-potong desain kecil dengan 2 lubang dan masukan sedotan, tempatkan stiker
kecil pada sedotan.
Gunakan sedotan bila .
Buat poster kemajuan : beri penghargaan bila anak mau meminum jumlah yang ditentukan.
HASIL YANG DIHARAPKAN
Anak meminum jumlah cairan yang cukup (uraikan type dan jumlah).
Anak menunjukan bukti hidrasi adekuat, mis., membrane mukosa lembab, turgor kulit baik,
keluaran urin adekuat sesuai usia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN: Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
nafsu makan, terapi puasa, kurangnya perawatan diri, imobolitas, perubahan sensori.
SASARAN PASIEN 1: Pasien mendapatkan masukan cairan yang tepat.
INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL
Atur masukan cairan dengan cermat.
Pantau infus intravena.
Siapkan formula dengan jumlah air yang tepat.
Beri strategi untuk mencegah masukan yang tidak baik.
Tinjau ulang pembatasan cairan setiap hari dengan orang tua dan anak.
Anjurkan cara membagi volume total cairan kedalam jumlah kecil untuk diberikan setiap hari.
Jaga mulut agar tetap lembab , seperti permen keras, batu es, spray kabut lembut dari air dingin.
Jaga agar bibir tetap terlumasi untuk mencegah pecah dan meningkatkan kenyamanan.
HASIL YANG DIHARAPKAN
Anak tidak menunjukkan bukti penambahan cairan.
SASARAN PASIEN 2: Pertahankan volume cairan yang tepat.
INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL
*Berikan diuretic sesuai ketentuan, lebih baik di pagi hari untuk meminimalkan berkemih di malam
hari.
Pantau kemajuan untuk menjamin intervensi tepat.
HASIL YANG DIHARAPKAN
Anak mengeluarkan kelebihan cairan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hidrasi berlebihan
kegagalan mekanisme rugulasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d gangguan obsorbsi nutrisi dan peningkatan peristaltik usus
INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL
a. Pertahankan dan pembatasan aktivitas selama fase akut
R/ Menurunkan kebutuhan metabolik
b. Pertahankan status NPO (puasa) selama fase akut (sesuai program
terapi) dan segera mulai peniberian makanan peroral setelah kondisi
pasien mengijinkan.
R/ Pembatasan diit perosal mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian
makanan sesegera mungkin penting setelah kondisi pasien
memungkinkan. :!
c. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program terapi
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
d. Koiaborasi pemberian nutrisi panenteral sesuai indikasi
R/ Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/ mencegah
kekurangan nutrisi > lanjut.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi
fisura perektal
INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL
a. Atur posisi yang nyaman bagi pasien
R/ Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
b. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti
masase punggung dan kompres hangat abdomen
R/ Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian pasien dan
Peningkatan kemampuan koping.
c. Bersihkan anorektal dengan sabun ringan dan air setelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
R/ Melindungi kulit dari keasaman faeces, mencegah iritasi
d. Kolaborasi pemberian obat amilgetika dan atau antikolinergik sesuai
indikasi
R/ Analgetik sebagai- agent anti nyeri dan antikolinergik untuk
menurunkan spasme traktus Gl dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
e. K.aji keluhan nyeri (skala 1 - 10) perubahan karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan non verbal
R/ Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi
selanjutnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko gangguan integritas kulit b/d
seringnya buang air besar
INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL
a. Kaji kerusakan kulit/ iritasi setiap buang air besar
R/ Mengetahui seberapa jauh terjadi kerusakannya.
b. Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (Ph normal) untuk
membersihkan anus setiap buang air besar
R/ Mencegah terjadinya iritasi lebih lanjut.
c. Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
R/ Suhu yang lembab mempercepat terjadinya iritasi.
d. Ganti popok atau kain bila lembab atau basah
R/ Suhu yang lembab mempercepat terjadinya iritasi.
e. Gunakan obat kream bila perlu untuk perawatan perineal
R/ Obat kriem dapat membantu menghambat terjadinya iritasi.
Oleh:
Tim Keperawatan Anak
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Daftar Pustaka
Buediarso, Aswhita, Halimun dan Suharyonc,. (1999). Gastroenterologi-Anak
Praktis, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta.
Ngasiiyah (1997), Perawatan Ariak Sakit, EGC, Jakarta,
Price dan Wilson (1995), Patoftsiologl Konsep Klinis, Proses Penyakit, Buku I, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Santoso, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak FK. Unibraw/RSU Dr. Saiful
Anwar Malang
Soetjiningsih (1988), TumbuH Kembang Anak, EGC, Jakarta,
Soeparman dan Waspadji (1990), llmu Penyakit Datam, Jilid I, Edisi ke 3, Balai Penerbitan FKUI,
Jakarta.
Sariadi dan Yuliani, Rita (2001), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Perpustakaan Nasional Rl, Jakarta.
www.hc-sc.gc.ca-fnihb-ons-nursing-resources/pedriatic_guidelines
www.icondata.com/health/pedbase
www.nlm.nih.gov/medlineplus
http://www.emedicine.com/emerg/topic376.htm
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar