Rabu, 23 Juli 2008

INFEKSI HIV

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Berdasarkan informasi terbaru yang dikumpulkan oleh DepKes melalui surveilans HIV/AIDS, sureilans pelaku dan berbagai hasil studi di lapangan diperoleh kesimpulan bahwa potensi ancaman epidemi HIV/Aids di Indonesia semakin besar.

Kasus pertma Aids di Indonesia di lapangan pada tahun 1987 di Bali, akan tetapi penyebaran Hiv / aids di Indonesia meningkat setelah tahun 1995, sejak tahun 1999 terjadi fenomena baru penyebaran HIV/ Aids yaitu infeksi HIV mulai terlihat pada pengguna narkotika suntikan (injekting drag user) pada tahun 2000 terjadi peningkatan epidemi HIV secara nyata melalui pekerja seks.

Pada tahun 2002 hampir semua propinsi di Indonesia telah melaporkan infeksi HIV.

Meskipun prealensi secara umum masih renda, tetapi Indonesia telah digolongkan menjadi negara dengan epidemik yang terkonsentrasi (contretated Level epidemic) karena memiliki kantong –kantong epidemic dengan prevalensi lebih dari 5 % pada sub populasi tertentu.

Mengingat penggunaan narkoba suntikan sudah amat meluas terutama di kota-kata besar di Indonesia maka layanan penatalaksanaan infeksi HIV pada pelayanan kesehatan hendaknya juga dipersiapkan

B. Permasalahan.

Hampir seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan kasus HIV/ Aids. Epidemic HIV /Aids di Indonesia semakin meningkat, penyebarannya belum sepenuhnya terdeteksi secara total. Masih ada terselubung penyaluran HIV/Aids, karena berbagai faktor diantaranya masyarakat Indonesia masih ada yang beranggapan HIV/Aids karena berbagai faktor HIV/Aids adalah penyakit terkutuk, informasi yang masih kurang maksimal pada sebagian masyarakat dan banyak faktor lain seperti, segi ekonomi, sosial dan dari faktor budaya sehingga HIV/Aids penanggulangannya masih jauh dari apa yang diharapkan.

Para pakar yang mengamati masalah ini memperkirakan jumlah kasus HIV/Aids sebenarnya jauh lebih tinggi dari pada perkiraan tersebut mengingat tingginya angka penggunaan narkoba suntikan di Indonesia.

C. Tujuan.

  1. Tujuan umum.

Dapatmenurunkan jumlah epidemic penderita HIV/Aids

  1. Tujuan Khusus

- Upaya pensegahan HIV/Aids melalui jarum suntik, hubungan seks, dan melalui kontak darah

- Memutuskan mata rantai penularan HIV/Aids melalui berbagai cara informasi dan komunikasi, edukasi dan Pendidikan kesehatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang ditandai dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh sehingga pasien Aids mudah diserang oleh infeksi opotunistic dan kanker (Djauzi dan Djoeban, 2003)

B. Penyebab Aids /Etiologi

Aids disebabkan oleh suatu jenis retroirus yang disebut HIV. HIV ini sangatlemah dan mudah mati di luar tubuh manusia. Virus ini merusak salah satu jenis sel Immune yang dikenal dengan sel J helper dan sel tubuh lainnya antara lain : sel otak, sel usus, dan sel paru. Sel J helper merupakan titik pusat sistem pertahanan tubuh, sehingga infeksi HIV menyebabkan daya tahan tubuh menjadi rusak.

Dengan analisis sekuens Genetic dikenal 8 arian utama HIV yaitu subtype : A, b, c, d, e, f, g, dan H pada anak –anak disebabkan oleh HIV tipe I adalah Human Retroirus Koluarga Lentivirinae.

C. Patogenesis

HIV bereplikasi dengan cepat dan terus menerus sejak awal infeksi. Pada seorang yang terinfeksi HIV setidaknya 10 miliar virus dibuat dan dihancurkansetiap hari. walaupun ada replikasi cepat sebagian pasien tetap sehatselama bertahun tahunsekalipun tanpa terapi. Replikasi yang terus menerus mengakibatkan kerusakan padsa sistem kekebalan tubuh semakin berat dan menyebabkan kerentanan terhadap infeksi oportunistik, kangker, penyakit syaraf, wasting (kehilangan berat badan tanpa alasan jelas) dan berakhir dengan kematian.

Viral Load menunjukan tingginya replikasi HIV dan kecepatan pengjhancuran sel CD4, sedangkan penurunan jumlah CD4 menunjukan tingkat kerusakan pada system kekebalan yang disebabkan oleh HIV.

D. Perjalanan Penyakit.

Perjalanan penyakit infeksi HIV dapat dibagi dalam :

1. Tranmisi Virus

2. Inveksi HIV primer

3. Serokonversi

4. Infeksi kronik Asimtomatik

5. Infeksi kronik Simtomatik

6. Aida (Indikator sesuai dengan CDC 1993 atau jumlah CD4 <>3

7. Infeksi HIV lanjuk ditandai oleh jumlah CD4 <50/mm

Perjalanan Alamiah Infeksi HIV.

Gejala + Scronversi

Sindrome Retroviral Okut

2- 3 Minggu 2 -3 minggu

Menghilang




Infeksi Kronis HIV / Aids Simptomatik

HIV

5- 10 th Kronis

Infeksi

Asimtomatik




Rata rata 1,3 tahun



Kematian


Periode jendela (Window periode)

Adalah masa dimana pemeriksaan tes serologig untuk antibody HIV masih menunjukan hasil negatie sementara sebenarnya virus sudah ada dalam jumlah banyak dalam daerah penderita.

Sebenarnya pada masa ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan kadar antigen P24, namun teknologinya masih mahal, rumit dan langka.

E. Masa Inkubasi.

Adalah masa dari terjadinya infeksi sampai munculnya gejala yang pertama pada pasien. Dari penelitian pada sebagian besar kasus dikatakan masa inklubasi rata-rata 5 – 10 tahun, dan bervariasi sangat lebar.

Infeksi HIV adalah kondisi konic progresif dimana dimulai dengan sedikit ataupun tanpa gejala sama sekali.

Masa inkubasi antara 6 bulan sampailebih dari 10 tahun rata-rata masa inkubasiadalah 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa.

F. Gejala HIV Aids

Seorang dewasa (>12 tahun) dianggap Aids apabila menunjukan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor yang berkaitan dengan gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.


1. Gejala Mayor.

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c. Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan

d. Penurunan kesadaran dan gangguan nourologist

e. Demensia / HIV Ensefaopati

2. Gejala Minor.

a. Batuk menetap lebih dari satu bilan

b. Dermatitis Generalisasi

c. Adanya herpes zoester multi segmental dan herpes soester berulang

d. Kandidlasis oropharingeal

e. Herpes simpleks kronis progresif

f. Limpadenopati generalisata

g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

h. Rentinitis virus Sitomegalo

3. Gejala –gejala yang ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV

a. Gejala yang yang tidak biasa ada pada anak hasil HIV nya negatif

- Infeksi berulang

- Oral Thrush

- Parotitis kronis

- Generalized Lymphadenophati

- Hepatosplenomegali

- Demam yang pesisten atau menetap

- Disfungsi nourologis

- Horpes Zooster (stingles)

- HIV Dormatitis


b. Gejala yang dapat ditemukan baik pada anak yang terinfeksi HIV atau terinveksi non HIV

- Otis Media Kronik

- Diare Persisten

- Penurunan Berat Badan.

G. Pemeriksaan Penunjang

Jika ada alasan menduga ke arah infeksi HIV berdasarkan atas gejala klinik yang ditemukan atau ada anggota keluarga yang telah terinfeksi dianjurkan menjalankan pemeriksaan.

Untuk mendeteksi seorang terinfeksi HIV berdasarkan atas gejala klinik dilakukan tes langsung terhadap virus HIV atau secara tidak langsung dengan cara menemukanantibody. Tes antibody HIV lebih murah, lebih cepat dan mempunyai spesifitas yang setara dibandingkan dengan tes langsung untuk mendeteksi Virus HIV yang lebih rumit dan lebih mahal. Tetapi tes antibody baru dapat dideteksi pada umur 18 bulan pada anak intuk menentukan status HIV bayi.

Umumnya pemeriksaan Lab untuk HIV/ Aids dibagi atas 3 kelompok

yaitu :

  1. Pembuktian Antibody atau Antigen HIV

Teknik pemeriksaan adalah sebagai berikut:

- Tes Untuk menguji antibody : Elisa, Ripa, IFA, westernblot

- Tes untuk menguji antigen : pembiakan virus, antigen P24, pcr.

  1. Pemeriksaan Status Imunitas

Tes jumlah CD4 dan Viral Load dilakukan untuk memantau dan menentukan tingkat prognosis dan kemajuan pengobatan pada pasien Aids dapat ditemukan Anemia, Leucopenia, Limfusitopenia, terombositopenia dan displansia simsum tulang normo atau hiperseluler

  1. Pemerikasaan terhadap infeksi oportunistik dan keganasan.

H. DIAGNOSIS

Pada umumnya pendekatan diagnosa infeksi HIV dilakukan dengan cara yang sama seperti penyakit lain yaitu melalui manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang. Namun cara ini hanya dapat dilakukan bila penderita sudah mempunyai gejala (Simtomatik).

Pada keadaan asimtomatik perlu dilakukan pemeriksaan anti HIV. Pemeriksaan anti HIV dilakukan jika ada perilaku resiko (terutama hubungan sek yang tidak aman atau pengguna narkoba suntik).

Diagnosa infeksi HIV harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan dampak yang besar pada orang yang di diagnosa.


BAB III

METODOLOGI

PENGUMPULAN DATA

1. Global View of HIV Infection

HIV-I telah menginfeksi lebih dari 1 juta orang, termasuk 200.000 anak-anak di Amerika Serikat dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ini, Asia dan Afrika adalah daerah yang harus memikirkan masalah tersebut.

Jumlah orang yang telah terinfeksi HIV meningkat dan mencapai tingkat yang paling tinggi pada tahun 2004, yaitu sebanyak 38,4 Juta orang dan sudah membunuh 3,1 juta orang pada tahun 2003

Asia timur, Eropa Timur dan Asia tengah yang memiliki angka peningkatan yang paling tinggi. Sub Sahara Afrika merupakan Daerah yang paling banyak terinfeksi, sebesar 25,4 juta orang pada akhir tahun 2004.

2. Menkes Republik Indonesia

Dalam laporan Eksekutif Menkesa tentang ancaman HIV /AIDS di Indonesia (KPA nasional 2002), dinyatakan bahwa pada tahun 2002, jumlah orang rawan tertular HIV/ AIDS atau ODHA dipikirkan antara 90.00–13.00 orang .


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. EPIDEMIOLOGI

Tiga populasi utama yang mempunyai resiko paling tinggi terinfeksi HIV-I adalah kelompok infants yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV, pasien yang mendapat produk daerah (yang mungkin terkontraminasi) sebelum tahun 1985 – 1986 dan kelompok remaja yang menggunakan obat-obatan suntik atau melakukan hubungan seks bebas.

Infeksi HIV-I merupakan kasus yang mengakibatkan kematian kelima terbesar pada anak di bawah 15 tahun. Penularan HIV I pada saat perinatal merupakan penyebab utama Aids anak-anak.

Ibu yang terinfeksi HIV-I biasanya tidak memiliki keluhan, mempunyai jumlah infosit T C4 D yang normal dan tidak tahu kalu mereka terinfeksi HIV- I deteksi awal Infeksi HIV pada wanita hamil sangat terbatas jumlahnya pada ibu hamil yang berasal dari kalangan sosioekonomi yang rendah dan yang tidak mendapatkan prenatal care.

Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan yang meningkatkan kasus hubungan anak seksusual meningkatkan resiko penularan. Biasanya remaja yang terinfeksi adalah mereka yang melakukan hubungan tanpa pelindung.

Pada pengguna obat suntik rata-rata kelompok umur 20-30 tahun ada 65 pasien Aids. Pada Pasien anak yang mendapat produk darah pada sekitar tahun 1970-1986 memiliki resiko tinggi terinfeksi HIV I lebih dari 75 % kasus Hemofili berat yamg mendapatkan darah menjadi terinfeksi HIV I karena belum adanya Skrining HIV I pada tahun itu.

B. PENATALAKSANAAN

Saat ini infeksi HIV belum dapat disembuhkan, sehingga tujuan pengobatan infeksi HIV berfokus pada menurunkan kadar viral dengan kemoterapi dan meningkatkan respon imun. Terapi psikis dan emosional yang terinfeksi HIV I harus dilakukan dibawah pengawasan bealth care providers, sebagai tambahan kerahasiaan pasien dengan HIV harus dijaga dengan baik perawatan pasien dengan HIV harus bersifat Holistik yang mencakup segi sosial psikisdan fisik

Penatalaksanaan Farmakologi

Pengobatan pada HIV /Aids dibagi dalam :

1. Pengobatan Suportif

2. Pengobatan Infeksi Opertinistik dan Kanker sekunder

3. Immune Restoring Agent

4. Pengobatan Antiretroviral (ARI)

Penatalaksana Non Farmakologi

Penanganan HIV secara kompretensif terdiri dari pemeriksaan fisik secara berkala, edukasi, konseling, sosial suport, makanan yang bergizi, penanganan mencefgah infeksi yang berat. Monitor hasil lab, merunjuk dan melaksakan perawatan komprensif.

Follow Up

Pasien yang sudah memberikan perbaikan gejala klinik mereka tidak memerlukan perawat dari Rumah sakit dan dapat pulang seperti pasien-pasien lain pada umumnya.

Ketika pasien yang terinfeksi HIV tidak menunjukan gejala mereka harus diperlukan sebagaimana layaknya manusia tetapi membutuhkan Follow UP Klinis.

Penderita HIV selayaknya mendapatkan perlaklukan sebagai manusia yang mempunyai hak asazi yang sama tidak boleh dikucilkan, dicela ditengah keluarga maupun masyarakat.

KONSELING

Konseling HIV / AIDS adalah konseling yang secara khusus memberi perhatian terhadap permasalahan yang berkaitan dengan HIV / AIDS, baik terhadap orang yang terinfeksi ataupun terhadap lingkungan yang terpengaruh.

Tujuan dari konseling HIV / AIDS adalah memberi dukungan sosial dan psikologik kepada ODHA dan keluarganya, serta mengubah perilaku yang beresiko sehingga dapat menurunkan penularan infeksi HIV / AIDS.

Setiap tes atau pemeriksaan harus disertai konseling pra tes dan pasca tes, serta informed consent dan pada peloporan hasil pemeriksaan laboratorium paling sekali untuk mempertimbangkan informasi klinis maupun epidemiologis.

PENGOBATAN

Obat ARV yang dianjurkan terdiri dari 3 macam obat yaitu :

  1. A2T, 3TC, Neverapin
  2. D4T, 3TC, Neverapin
  3. A2T, 3TC, Efavirenz
  4. D4T, 3TC, Efavirenz
  5. A2T, 3TC, Nolfinavin


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Upaya pencegahan tetap lebih baik dibandingkan dengan upaya pengobatan, untuk itu perlu penanganan yang menyeluruh dan berkesinambungan dalam pemberantasan Epidomic HIV / AIDS. Program penuntasan HIV / AIDS dibutuhkan peran serta pro aktif dari berbagai pihak mulai dari individu, keluarga dan masyarakat dan juga instansi yang terkait seperti Bidang Kesehatan, Bidang Kepolisian, Bidang Pendidikan dan Lembaga Swasta serta Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama.

Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula :

  1. adalah Abstinensiu artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
  2. adalah Befaitful artinya bila sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja.
  3. adalah Condum artinya jika memang cara A dan B tidak dapat dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan Condom.

Mari berantas HIV / AIDS untuk hidup yang lebih berharga, bahagia dan bermakna guna meningkatkan tingkat kesehatan yang optimal.


DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. (2003)

Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA.

Departemen Kesehatan RI Jakarta

2. Suyono, Slamet. dkk (2001) Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid II. Edisi Ketiga. Penerbit Balai Pustaka FKUI. Jakarta

3. Djauzi, Samsuridjal; Djaeban, Zubairi. (2003)

Penatalaksanaan Infeksi HIV di Pelayanan Kesehatan Dasar

Tidak ada komentar: